Mengelola Eksternalitas di Lahan Basah untuk Memperbaiki Kesejahteraan Masyakat

Authors

Luthfi; Hesty Heryani; Danang Biyatmoko; Muhammad Rizal; Samharinto; Agung Nugroho

Keywords:

lahan basah, innovation readiness level, itik alabio, pengelolaan hama terpadu, E. hirta, inseminasi buatan

Synopsis

Buku ini terdiri dari 6 (enam) bab yang diharapkan dapat mengajak pembaca menelusuri perkembangan daerah lahan basah dalam bentuk hasil-hasil penelitian dan pengkajian yang telah dilakukan Penulis. Dalam buku ini dikemukakan berbagai macam aspek dan bidang yang diharapkan dapat memberikan gambaran tentang lahan basah secara utuh yang meliputi sosial ekonomi pertanian, peternakan, hama penyakit, dan teknologi industri pertanian, dengan berbagai permasalahan yang ada dan upaya penanggulangannya. Keberhasilan pengelolaan dan pengembangan eksternalitas di lahan basah merupakan wujud keselarasan antara sektor dan lembaga. Penanganan lahan basah tidak dapat hanya dilakukan oleh sektor-sektor atau aspek-aspek tertentu saja karena hasilnya dipastikan tidak efektif dan efisien, serta tidak memberikan hasil yang optimal.

Bab pertama pada buku ini memuat tentang kemampuan mengelola, ketersediaan sumber daya, dan jumlah aset yang dimiliki oleh suatu wilayah merupakan faktor krusial yang menentukan keberhasilan pelaksanaan pembangunan, yang berujung pada kemampuan mengembangkan wilayah tersebut. Penulis memaparkan persoalan eksternalitas yang terjadi di Kalimantan Selatan dalam pemanfaatan sumber daya alam yang ada dan prinsip-prinsip penangannya.

Bab kedua menguraikan tentang Tingkat Kesiapterapan Teknologi (Technology Readiness Level / TRL) suatu hasil penelitian dan pengembangan teknologi tertentu yang diukur secara secara sistematis dengan tujuan untuk dapat diadopsi oleh pengguna. Lebih lanjut, Penulis membahas keterkaitan TRL dalam akselerasi pencapaian Tahapan Kesiapan Inovasi (Innovation Readiness Level / IRL) sebagai upaya pengembangan riset industri yang mencakup kesiapan dalam teknologi, market, dan implementasi.

Bab ketiga terfokus pada unggas khas Kalimantan Selatan yaitu itik Alabio. Penulis menjabarkan upaya peningkatan produktivitas itik Alabio dengan mengenal potensi produksi, prospek dan permasalahan pengembangan itik Alabio saat ini, sehingga dapat  diciptakan arah pengembangan itik di masa depan dengan ragam teknologi berdasarkan riset-riset prospektif dibidang nutrisi dan pakan, yang didasarkan pada tiga tujuan utama yaitu (i) pelestarian dan kemurnian itik Alabio, (ii) persilangan dengan bangsa itik lain untuk tujuan penghasil telur, dan (iii) persilangan dengan bangsa itik lain untuk tujuan penghasil daging.

Masih terkait dengan bidang peternakan, pada bab keempat dikaji secara teoritas tentang teknologi pengolahan semen dan inseminasi buatan, berbagai hasil penelitian dalam bidang reproduksi ternak khususnya teknologi pengolahan semen dan inseminasi buatan, dan upaya untuk meningkatkan keberhasilan program inseminasi buatan pada peternakan rakyat di Indonesia.

Bab kelima berisi tentang konsep pengendalian hama terpadu yang telah dilaksanakan oleh petani alumni Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) terbukti dapat memperbaiki kualitas agroekosistem pada lingkungan persawahan dengan adanya peningkatan kompleksitas organisme. Adanya SLPHT memberikan sumbangan dalam peningkatan ketahanan pangan di Kalimantan Selatan.

Bab keenam menjelaskan tentang pentingnya riset pengembangan terhadap bahan-bahan alam prospektif untuk meningkatkan nilai tambah bahan tersebut melalui pengujian-pengujian standardisasi guna menjamin mutu, kemanjuran, dan keamanannya, serta kajian optimasi proses produksinya.

Published

September 8, 2021

Categories

Details about this monograph

Physical Dimensions